Legenda tentang Danau Aco bermula ketika ribuan tahun yang lalu di puncak Gunung Aco ini terdapat sebuah kampung yang terdiri dari beberapa Lamin, penduduk di Lamin ini mengadakan upacara adat Timeq (beliatn Ngugu Tautn). Beluq adalah
seorang bapak yang berhobi berburu disamping pekerjaan sehari-hari
berladang. Oso, seorang ibu pawang beliatn saking gembiranya Beluq
yang pada saat berburu mendapatkan seekor Lutung
(Buus dalam bahasa Tonyooi) diambil ekornya yang panjang itu untuk
pemukul tambur dan Oso menari beliatn dengan semangat sebagai ungkapan
terima kasihnya kepada Beluq yang memberi pemukul tambur yang unik.
Semua yang hadir tertawa terpingkal-pingkal melihat peristiwa itu,
sehingga terjadilah angin ribut, hujan lebat dan petir guntur
bertabu-tabu. Terjadilah kehancuran (Killit dalam bahasa Tonyoi), Oso
hancur menjadi danau yang dinamai danau Aco dan Beluq melarikan diri ke
daerah lain, yang mana kemudian dia juga berubah menjadi sebuah batu di
sebuah danau di daerah lain yaitu danau Beluq (tentang danau Beluq dapat di lihat disini)
Fasilitas yang tersedia di Danau Aco antara lain:
- Gazebo
- Perahu Karet
- Sepeda Air atau Perahu Bebek
- Tempat Parkir (mobil dan Motor terpisah) dan Kamar mandi bilas
Gazebo |
Kamar Bilas |
parkiran Motor (Kapasitas 600 unit Motor) |
parkiran Mobil (Kapasitas 100 Unit Mobil) |
Gerbang Masuk Danau Aco |
Akses
Dari Ibukota Kabupaten Kutai Barat menuju Kampung Linggang Bigung sejauh 18 KM (sekitar 30 menit perjalanan). Dari Kampung Linggang Bigung dilanjutkan menuju Kampung Linggang Melapeh sejauh 4 KM atau sekitar 10 menit. selanjutnya dari Linggang Melapeh menuju Danau Aco sekitar 5 KM atau 20 Menit
beberapa foto panorama di sekitr kawasan Danau Aco
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar